Prof Marsigit Identifikasi dan proposal

TUGAS MATA KULIAH
FILSAFAT PENDIDIKAN PROF MARSIGIT
I.                    Identifikasi Persoalan filsafat pada pembelajaran di Sekolah
II.                 Kontribusi butir 1 , pilihlah lima (5) masalah yang mungkin bisa dijadikan judul disertasi
III.               Ambil satu dari butir 2 , kemudian tulislah proposal penelitian
a.       Judul
b.       Latar Belakang
c.        Rumusan masalah
d.       Metodlogy
Dosen Pengampu:
Prof. Marsigit



 


 

 

Oleh:
Hubertus Aliansi Jehata
    NIM:19701261012

PROGRAM STUDI PENELITIAN DAN EVALUASI PENDIDIKAN
PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
                                                                         2019









I.                    IDENTIFIKASI MASALAH

1.      Masih ada perbedaan perlakuan Hak warisan terhadap gender pada masyarakat adat Manggarai yang menyimpang dari sudut pandang Pendidikan Agama Katolik

2.      Penguatan Nilai-Nilai Kearifan Lokal Masyarakat Adat Manggarai-Flores-NTT Dibidang Pendidikan 

3.      Masalah Kinerja Guru Pendidikan Guru Sekolah Dasar di Daerah Terpencil di Kabupaten Manggarai-Flores-NTT

4.      Masalah Kinerja Guru Agama Katolik Daerah Tertinggal Di Kabupaten Manggarai-Flores-NTT

5.      Perbedaan cara pandang generasi 4.0 pada masyarakat China ditinjau dari perspektif Tan Hong (2018) dengan generasi 4.0 Masyarakat Adat  Manggarai Tentang Agama Adat Pada Pendidikan Agama

6.      Karakter-karakter siswa generasi 4.0 yang bertentangan dengan Pendidikan Agama Katolik di daerah perkotaan Guru-guru Agama Katolik di daerah terpencil   belum bisa mengoperasi Komputer di zaman 4.0

7.       Pendidik di daerah tertinggal di Kabupaten Manggarai selalu dalam posisi dilema

8.      Karakter-karakter siswa generasi 4.0 yang bertentangan dengan Pendidikan Agama Katolik di daerah terpencil
9.      Keluhan guru Sekolah Dasar di daerah terpencil pada zaman 4.0
10.  Masalah kinerja guru Sekolah Dasar di daerah tertinggal ditinjau dari perspektif kepala sekolah
11.  Degradasi nilai-nilai kearifan local pada anak Sekolah Dasar zaman milenial
12.  Persoalan pembelajaran berbasis teknologi di daerah terpencil
13.  Keluhan guru dan anak sekolah dasar di daerah terpencil pada pembelajaran berbasis teknologi
14.  Rendahnya kerja sama komponen Pendidikan di kabupaten Manggarai
15.  Evaluasi hubungan kepala sekolah dengan pengawas sekolah tingkat sekolah dasar




II.                 LIMA PERSOALAN RENCANA PENELITIAN DISERTASI
                                          1.      Perbedaan perlakuan hak warisan terhadap gender pada masyarakat adat Manggarai yang menyimpang dari sudut pandang Pendidikan Agama Katolik di zaman 4.0
                                          2.      Penguatan Nilai-Nilai Kearifan Lokal Masyarakat Adat Manggarai-Flores-NTT Dibidang Pendidikan 
                                          3.      Masalah Kinerja Guru Pendidikan Guru Sekolah Dasar di Daerah Terpencil di Kabupaten Manggarai-Flores-NTT
                                          4.      Perbedaan cara pandang generasi 4.0 pada masyarakat China ditinjau dari perspektif Tan Hong (2018) dengan generasi 4.0 Masyarakat Adat  Manggarai Tentang Agama Adat Pada Pendidikan Agama
                                          5.      Keluhan guru dan anak sekolah dasar di daerah terpencil pada pembelajaran berbasis teknologi
III.              JUDUL
a.      Perlakuan Masyarakat Adat Manggarai Terhadap Gender Pada Mata Pelajaran Agama Katolik Ditinjau Dari Konsep Keadilan Aristoteles Dan Plato
b.      Latar Belakang
Seruan terhadap kesamaan gender sudah digalakan oleh berbagai macam organisasi di seluruh dunia temasuk Indonesia. Bagi orang Indonesia, tokoh yang sangat terkenal dengan perjuangan terhadap kesamaan gender ini adalah Raden Adjeng Kartini[i]. Perjuangannya terhadap kesamaan hak antara laki-laki dan perempuan dikenal dengan sebutan “Emansipasi Wanita” dengan semboyan 'Door Duisternis tot Licht'  yang artinya“habis gelap, terbitlah terang.
Untuk memperingati perjungannya, negara Indonesia menetapakan tanggal 21 April sebagai hari Kartini. Selain R.A. Kartini, kita mengenal juga beberapa nama yang mengambil bagian dalam perjuangan kesamaan gender laki-laki dan perempuan. 
Misalnya S. K. Trimurti[ii]. Dia salah satu perempuan pejuang kebebasan pers dan kemerdekaan Republik Indonesia. Perjuangannya pada saat  melawan penjajah merupakan hal yang patut diajungkan jempol karena perempuan dikala itu (1) dianggap tabu bila ikut-ikut aktivitas politik maupun organisasi (2) perempuan harus beraktivitas di dapur dan tidak boleh sering-sering keluar rumah (3) dia mampu mengkritik kebiasaan masyarakat yang selalu meletakkan perempuan semata-mata sebagai 'pelayan' di rumah bagi laki-laki.
Selain itu, tokoh perempuan lain yang menyuarakan kesetaraan gender adalah Sojourner Truth Sojourner Truth[iii] (1797 - 1883). Dia berkebangsaan Afrika-Amerika abolisionis. Dia terkenal dengan perjuangan penyetaran  gender dengan melakukan kampanye berkaitan dengan hak-hak perempuan. Pidato terkenal yang pernah ia sampaikan pada 1851 dengan judul pidato “Ain’t I a woman?”  Selanjutnya, Elizabeth Blackwell[iv] (1821-1910) yang Lahir di Inggris.Dia adalah   wanita pertama yang mendapat gelar dokter di Amerika. Selain itu, dia juga merupakan wanita pertama yang terdaftar dalam tenaga medis UK. Dia berjuang supaya perempuan bias diterima sebagai  dokter. Sela itu, ada juga yang bernama Katharine Hepburn[v] (1907-2003) seorang aktris berkebangsaan Amerika. Dia berjuang untuk membantu mendefinisikan kembali pandangan tradisional dari peran perempuan dalam masyarakat. Perjuangan-perjuangan yang telah dilakukan oleh tokoh-tokoh wanita datas belum selesai. Hal ini disebabkan karena masih banyak perlakuan diskriminasi yang terjadi di masyarakat.  Misalnya, masyarakat adat Manggarai masih terjadi diskriminasi antara laki-laki dan perbedaan secara budaya. Masyarakat adat Manggarai menganut paham patrilineal. Kamus besar Bahasa Indonesia mendefinisikan patrilineal adalah suatu adat masyarakat yang mengatur alur keturunan berasal dari pihak ayah.
Atas dasar paham tersebut maka terdapat perbedaan perlakuan antara anak laki-laki dan wanita secara adat setempat. Perbedaan perlakuan tersebut bias dilihat sejak anak dilahirkan. Sejak lahir anak perempuan disebut (ata peang) yang artinya  orang luar dan anak laki-laki disebut (ata one) yang artinya orang dalam. Jadi konsep ata peang dan ata one sudah melekat pada diri anak laki-laki dan perempuan sejak lahir.   konsep  ata peang bagi perempuan berdampak pada (1) ata peang tidak memiliki hak atas warisan orang tua (2) tidak bisa mengambil keputusan didalam keluarga (3) dinomorduakan dalam situasi yang bimbang  (4) pendidikan dinomorduakan. Itulah budaya yang dianut oleh masyarakat adat Manggarai. Secara budaya, perbedaan perlakuan tersebut tentunya sulit diabaikan. Hal ini disebabkan karena kebiasaan tersebut diturunkan dari generasi ke generasi selanjutnya. Akan tetapi, ketika ditilik dari aspek Agama Katolik hal tersebut tentunya tidak disarankan.
Hal ini disebabkan karena baik pria maupun wanita merupakan ciptaan Tuhan yang sempurna. Laki-laki memiliki kelebihan dan wanitapun juga memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh laki-laki. Sebagai manusia, laki-laki tidak luput dari kekurangan dan wanitapun memiliki kekurangan.
Atas dasar itu, baik laki-laki maupun wanita sepadan. Untuk itu, makalah ini mencoba untuk mengevaluasi perbedaan perlakuan antara wanita dan laki-laki bagi masyarakat adat Manggarai dengan mengacu pada pemikiran Aristoteles. Untuk itu, judul dari makalah ini adalah PERLAKUAN MASYARAKAT ADAT MANGGARAI TERHADAP GENDER PADA MATA PELAJARAN AGAMA KATOLIK DITINJAU DARI KONSEP KEADILAN ARISTOTELES DAN PLATO

c.       Rumusan masalah
1.      Bagaimana konsep gender pada masyarakat adat Manggarai?
2.      Bagaimana perlakukan masyarakat adat Mangarai terhadap gender?
3.      Konsep gender masyarakat adat Mangarai yang bagaimanakah bertentangan dengan materi gender pada mata pelajaran Agama Katolik?
4.      Bagaimana konsep keadilan Aristoteles dan plato pada perlakuan gender masyarakat adat Mangarai?
5.      Teori apakah yang bisa dibangun dari perlakuan masyarakat adat manggarai terhadap gender pada mata pelajaran agama katolik ditinjau dari konsep keadilan aristoteles dan plato ?
d.      Metodologi Penelitian
1.       Jenis penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kualitatif dengan jenis grounded theory. Pemilihan metode grounded theory karena peneliti menocoba untuk membangun theory baru berdasarkan data yang terkunpul. Dimana menurut (Strauss & Corbin, 1994, p. 273) grounded theory yaitu suatu metodologi umum yang digunakan untuk mengembangkan teori berdasarkan pada data yang dikumpulkan dan dianalisis secara sistematis. Karena itu,  tujuan penelitian grounded theory (Cresswell, 1998)   adalah untuk menghasilkan atau menemukan suatu teori, suatu skema analitis abstrak dari suatu fenomena yang berhubungan dengan suatu situasi tertentu 
2.      Populasi dan sampel penelitian
a.       Populasi pada penelitian ini adalah   masyarakat adat Manggarai dan tokoh adat Manggarai
b.      Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah masyarakat adat Manggarai, tokoh adat yang tinggal di rumah adat, perempuan dan laki-laki yang sudah nikah
3.      Metode pengumpulan data dan instrument yang digunakan
Metode pengumpulan data menggunakan wawancara, obersevasi dan dokumentasi 
e.       Kisi-kisi instrument penelitian
Adapun kisi kisi instrument yang dikembangkan pada penelitian ini adalah

 No
Variabel
Indikator
Pertanyaan
1
Budaya orang Manggarai
Macam-macam budaya orang Manggarai
Apa-apa saja budaya masyarakat adat Manggarai?
Macam-macam ritus adat masyarakat Manggarai
Bagaimana padangan masyarakat adat Manggarai yang berkaitan dengan laki-laki dan perempuan? 
Pandangan masyarakat adat Manggarai tentang laki-laki dan perempuan
Bagaimana masyarakat adat Manggarai memandang laki-laki?
Bagaimana masyarakat adat Manggarai memandang perempuan?
2
Peran laki-laki dan perempuan pada masyarakat adat Manggarai
Peran laki-laki
 Bagaimana peran laki-laki pada masyarakat ?
Peran perempuan
Bagaimana peran perempuan pada masyarakat ?
3
 Pengambilan keputusan
 Pengambilan keputusan didalam keluarga,diskusi dan acara adat
 Siapa yang bisa mengambil  keputusan didalam keluarga,diskusi dan acara adat
4
Status anak laki-laki dan perempuan pada masyarakat adat Manggarai
Status anak laki-laki
 Bagaimana status anak laki-laki pada masyarakat adat Manggarai?
Status anak perempuan
Bagaimana status anak perempuan pada masyarakat adat Manggarai?
5
Tanggapan masyarakat adat Manggarai tentang status anak laki-laki dan perempuan
Laki-laki
Bagaimana tanggapan masyarakat adat Manggarai tentang status anak laki-laki ?
Anak perempuan
Bagaimana tanggapan masyarakat adat Manggarai tentang status anak laki-laki ?
6
Keadailan Gender pada mata pelajaran Agama Katolik
Laki-laki dan perempuan sepadan di hadapan Tuhan
Apakah masyarakat adat Manggarai menyamakan perlakuan terhadap anak laki-laki dan perempuan?
Laki-laki dan perempuan memiliki hak yang sama diahadapan Tuhan
Apakah masyarakat adat Manggarai menyamakan hak antara anak laki-laki dan perempuan  sama?



f.        Teknik analisis data 
Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah mengikuti alur berpikir penelitian grounded theory. Oleh karena itu, grand theory yang digunakan pada penelitian ini adalah menurut Smith (2014) dengan langkah-langkah sebagai berikut
1.      Pengmpulan data.  The researcher begins collecting and coding the data and analysing them for dominant and recurring themes (These themes are fluid and often consist of notes and/or memos the researcher attaches to the datum)
2.      Perbandingan data. The heart of grounded theory is constant comparison (i.e., continuously looking at data and categories in order to refine the areas to be studied and the ways data are grouped)
3.      Membuat kategori. Categories formed as memo themes are delineated or consolidated.
4.      Membuat data lebih spesifik lagi. The researcher may modify the interview procedure based on the data
already collected and conduct further data collection to address additional questions generated during analysis (Strauss & Corbin, 1990) (In this way, the researcher can narrow the field of research by collecting more data if themes or categories seem incomplete (Strauss & Corbin, 1994).)
5.      Mengakatorikan dengan membuat kode-kode. Data are then coded into several broad categories that are later refined as the researcher begins to make links between old and new data and between categories
6.      There are three types of coding essential to grounded theory
a.       Open coding. It involves forming an impression of the main idea of each datum (During open coding, codes should emerge from the data and not from the literature) literature review is conducted, however, as it becomes
relevant to the emerging theory.
b.      Data are grouped and defined with preliminary labels (Category boundaries are defined during axial coding)
a.       Axial coding focuses on establishing relationships between groups of data and defining characteristics for each category
b.      data categories are modified until each datum fits into a category.
7.      Menarik kesimpulan berdasarkan kode-kode (grounded theory) Once categories emerge, it is important for grounded theorists to ensure that any further data collected fit the evolving theory. This is done through theoretical sampling, further data collection
aimed at exploring phenomena in the data, filling in gaps, or creating connections between categories (Strauss & Corbin, 1994). When the theory is complete and new data do not cause categories to be redefined, the theory has reached a state of saturation.

  1. References
 
































Comments

Popular posts from this blog

Marsigit UAS Identifikasi Masalah