Marsigit UAS Identifikasi Masalah
https://hubertus-marsigit.blogspot.com/
[v] https://www.biography.com/actor/katharine-
TUGAS MATA KULIAH
PROF MARSIGIT FILSAFAT PENDIDIKAN
Oleh
Hubertus Aliansi Jehata
Oleh
Hubertus Aliansi Jehata
I.
IDENTIFIKASI
MASALAH
1.
Masih ada
perbedaan perlakuan terhadap gender pada masyarakat adat Manggarai yang
menyimpang dari sudut pandang Pendidikan Agama Katolik
2.
Penguatan
Nilai-Nilai Kearifan Lokal Masyarakat Adat Manggarai-Flores-NTT Dibidang
Pendidikan
3.
Masalah
Kinerja Guru Pendidikan Guru Sekolah Dasar di Daerah Terpencil di Kabupaten
Manggarai-Flores-NTT
4.
Masalah
Kinerja Guru Agama Katolik Daerah Tertinggal Di Kabupaten Manggarai-Flores-NTT
5.
Perbedaan
cara pandang generasi 4.0 pada masyarakat China ditinjau dari perspektif Tan
Hong (2018) dengan generasi 4.0 Masyarakat Adat
Manggarai Tentang Agama Adat Pada Pendidikan Agama
6.
Karakter-karakter
siswa generasi 4.0 yang bertentangan dengan Pendidikan Agama Katolik di daerah
perkotaan Guru-guru Agama Katolik di daerah terpencil belum bisa mengoperasi Komputer di zaman 4.0
7.
Pendidik di daerah tertinggal di Kabupaten
Manggarai selalu dalam posisi dilema
8.
Karakter-karakter
siswa generasi 4.0 yang bertentangan dengan Pendidikan Agama Katolik di daerah
terpencil
9.
Keluhan
guru Sekolah Dasar di daerah terpencil pada zaman 4.0
10. Masalah kinerja guru Sekolah Dasar di daerah
tertinggal ditinjau dari perspektif kepala sekolah
11. Degradasi nilai-nilai kearifan local pada
anak Sekolah Dasar zaman milenial
12. Persoalan pembelajaran berbasis teknologi di
daerah terpencil
13. Keluhan guru dan anak sekolah dasar di daerah
terpencil pada pembelajaran berbasis teknologi
14. Rendahnya kerja sama komponen Pendidikan di
kabupaten Manggarai
15. Evaluasi hubungan kepala sekolah dengan
pengawas sekolah tingkat sekolah dasar
II.
LIMA
PERSOALAN RENCANA PENELITIAN DISERTASI
1.
Perbedaan
perlakuan terhadap gender pada masyarakat adat Manggarai yang menyimpang dari
sudut pandang Pendidikan Agama Katolik di zaman 4.0
2.
Penguatan
Nilai-Nilai Kearifan Lokal Masyarakat Adat Manggarai-Flores-NTT Dibidang
Pendidikan
3.
Masalah
Kinerja Guru Pendidikan Guru Sekolah Dasar di Daerah Terpencil di Kabupaten
Manggarai-Flores-NTT
4.
Perbedaan
cara pandang generasi 4.0 pada masyarakat China ditinjau dari perspektif Tan
Hong (2018) dengan generasi 4.0 Masyarakat Adat
Manggarai Tentang Agama Adat Pada Pendidikan Agama
5.
Keluhan
guru dan anak sekolah dasar di daerah terpencil pada pembelajaran berbasis
teknologi
III.
JUDUL
a.
Perlakuan
Masyarakat Adat Manggarai Terhadap Gender Pada Mata Pelajaran Agama Katolik
Ditinjau Dari Konsep Keadilan Aristoteles Dan Plato
b.
Latar
Belakang
Seruan terhadap kesamaan gender sudah digalakan oleh
berbagai macam organisasi di seluruh dunia temasuk Indonesia. Bagi orang
Indonesia, tokoh yang sangat terkenal dengan perjuangan terhadap kesamaan
gender ini adalah Raden Adjeng Kartini[i].
Perjuangannya terhadap kesamaan hak antara laki-laki dan perempuan dikenal
dengan sebutan “Emansipasi Wanita” dengan semboyan 'Door Duisternis tot
Licht' yang artinya“habis gelap,
terbitlah terang.
Untuk memperingati perjungannya, negara Indonesia
menetapakan tanggal 21 April sebagai hari Kartini. Selain R.A. Kartini, kita
mengenal juga beberapa nama yang mengambil bagian dalam perjuangan kesamaan
gender laki-laki dan perempuan.
Misalnya S. K. Trimurti[ii].
Dia salah satu perempuan pejuang kebebasan pers dan kemerdekaan Republik
Indonesia. Perjuangannya pada saat
melawan penjajah merupakan hal yang patut diajungkan jempol karena
perempuan dikala itu (1) dianggap tabu bila ikut-ikut aktivitas politik maupun
organisasi (2) perempuan harus beraktivitas di dapur dan tidak boleh
sering-sering keluar rumah (3) dia mampu mengkritik kebiasaan masyarakat yang
selalu meletakkan perempuan semata-mata sebagai 'pelayan' di rumah bagi
laki-laki.
Selain itu, tokoh perempuan lain yang menyuarakan
kesetaraan gender adalah Sojourner Truth Sojourner Truth[iii]
(1797 - 1883). Dia berkebangsaan Afrika-Amerika abolisionis. Dia terkenal
dengan perjuangan penyetaran gender
dengan melakukan kampanye berkaitan dengan hak-hak perempuan. Pidato terkenal
yang pernah ia sampaikan pada 1851 dengan judul pidato “Ain’t I a woman?” Selanjutnya, Elizabeth Blackwell[iv]
(1821-1910) yang Lahir di Inggris.Dia adalah
wanita pertama yang mendapat gelar dokter di Amerika. Selain itu, dia
juga merupakan wanita pertama yang terdaftar dalam tenaga medis UK. Dia
berjuang supaya perempuan bias diterima sebagai
dokter. Sela itu, ada juga yang bernama Katharine Hepburn[v]
(1907-2003) seorang aktris berkebangsaan Amerika. Dia berjuang untuk membantu
mendefinisikan kembali pandangan tradisional dari peran perempuan dalam
masyarakat. Perjuangan-perjuangan yang telah dilakukan oleh tokoh-tokoh wanita
datas belum selesai. Hal ini disebabkan karena masih banyak perlakuan
diskriminasi yang terjadi di masyarakat.
Misalnya, masyarakat adat Manggarai masih terjadi diskriminasi antara
laki-laki dan perbedaan secara budaya. Masyarakat adat Manggarai menganut paham
patrilineal. Kamus besar Bahasa Indonesia mendefinisikan patrilineal adalah
suatu adat masyarakat yang mengatur alur keturunan berasal dari pihak ayah.
Atas dasar paham tersebut maka terdapat perbedaan perlakuan
antara anak laki-laki dan wanita secara adat setempat. Perbedaan perlakuan
tersebut bias dilihat sejak anak dilahirkan. Sejak lahir anak perempuan disebut
(ata peang) yang artinya orang luar dan
anak laki-laki disebut (ata one) yang artinya orang dalam. Jadi konsep ata
peang dan ata one sudah melekat pada diri anak laki-laki dan perempuan sejak
lahir. konsep ata peang bagi perempuan berdampak pada (1)
ata peang tidak memiliki hak atas warisan orang tua (2) tidak bisa mengambil
keputusan didalam keluarga (3) dinomorduakan dalam situasi yang bimbang (4) pendidikan dinomorduakan. Itulah budaya
yang dianut oleh masyarakat adat Manggarai. Secara budaya, perbedaan perlakuan
tersebut tentunya sulit diabaikan. Hal ini disebabkan karena kebiasaan tersebut
diturunkan dari generasi ke generasi selanjutnya. Akan tetapi, ketika ditilik
dari aspek Agama Katolik hal tersebut tentunya tidak disarankan.
Hal ini disebabkan karena baik pria maupun wanita
merupakan ciptaan Tuhan yang sempurna. Laki-laki memiliki kelebihan dan
wanitapun juga memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh laki-laki. Sebagai
manusia, laki-laki tidak luput dari kekurangan dan wanitapun memiliki
kekurangan.
Atas dasar itu, baik laki-laki maupun wanita sepadan.
Untuk itu, makalah ini mencoba untuk mengevaluasi perbedaan perlakuan antara
wanita dan laki-laki bagi masyarakat adat Manggarai dengan mengacu pada
pemikiran Aristoteles. Untuk itu, judul dari makalah ini adalah PERLAKUAN MASYARAKAT ADAT MANGGARAI TERHADAP
GENDER PADA MATA PELAJARAN AGAMA KATOLIK DITINJAU DARI KONSEP KEADILAN
ARISTOTELES DAN PLATO
c.
Rumusan
masalah
1.
Bagaimana
konsep gender pada masyarakat adat Manggarai?
2.
Bagaimana
perlakukan masyarakat adat Mangarai terhadap gender?
3.
Konsep
gender masyarakat adat Mangarai yang bagaimanakah bertentangan dengan materi
gender pada mata pelajaran Agama Katolik?
4.
Bagaimana
konsep keadilan Aristoteles dan plato pada perlakuan gender masyarakat adat
Mangarai?
5.
Teori
apakah yang bisa dibangun dari perlakuan masyarakat adat manggarai terhadap
gender pada mata pelajaran agama katolik ditinjau dari konsep keadilan
aristoteles dan plato ?
d.
Metodologi
Penelitian
1.
Jenis penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode
kualitatif dengan jenis grounded theory. Pemilihan metode grounded theory
karena peneliti menocoba untuk membangun theory baru berdasarkan data yang
terkunpul. Dimana menurut (Strauss & Corbin, 1994, p. 273) grounded theory
yaitu suatu metodologi umum yang digunakan untuk mengembangkan teori
berdasarkan pada data yang dikumpulkan dan dianalisis secara sistematis. Karena
itu, tujuan penelitian grounded theory
(Cresswell, 1998) adalah untuk
menghasilkan atau menemukan suatu teori, suatu skema analitis abstrak dari
suatu fenomena yang berhubungan dengan suatu situasi tertentu
2.
Populasi
dan sampel penelitian
a.
Populasi
pada penelitian ini adalah masyarakat
adat Manggarai dan tokoh adat Manggarai
b.
Sampel
yang digunakan pada penelitian ini adalah masyarakat adat Manggarai, tokoh adat
yang tinggal di rumah adat, perempuan dan laki-laki yang sudah nikah
3.
Metode
pengumpulan data dan instrument yang digunakan
Metode pengumpulan data menggunakan wawancara, obersevasi
dan dokumentasi
e.
Kisi-kisi
instrument penelitian
Adapun
kisi kisi instrument yang dikembangkan pada penelitian ini adalah
No
|
Variabel
|
Indikator
|
Pertanyaan
|
1
|
Budaya orang Manggarai
|
Macam-macam budaya orang Manggarai
|
Apa-apa saja budaya masyarakat adat
Manggarai?
|
Macam-macam ritus adat masyarakat Manggarai
|
Bagaimana padangan masyarakat adat Manggarai
yang berkaitan dengan laki-laki dan perempuan?
|
||
Pandangan masyarakat adat Manggarai tentang
laki-laki dan perempuan
|
Bagaimana masyarakat adat Manggarai
memandang laki-laki?
|
||
Bagaimana masyarakat adat Manggarai
memandang perempuan?
|
|||
2
|
Peran laki-laki dan perempuan pada
masyarakat adat Manggarai
|
Peran laki-laki
|
Bagaimana peran laki-laki pada masyarakat ?
|
Peran perempuan
|
Bagaimana peran perempuan pada masyarakat ?
|
||
3
|
Pengambilan keputusan
|
Pengambilan keputusan didalam keluarga,diskusi
dan acara adat
|
Siapa yang bisa mengambil keputusan didalam keluarga,diskusi dan
acara adat
|
4
|
Status anak laki-laki dan perempuan pada
masyarakat adat Manggarai
|
Status anak laki-laki
|
Bagaimana status anak laki-laki pada masyarakat
adat Manggarai?
|
Status anak perempuan
|
Bagaimana status anak perempuan pada
masyarakat adat Manggarai?
|
||
5
|
Tanggapan masyarakat adat Manggarai tentang
status anak laki-laki dan perempuan
|
Laki-laki
|
Bagaimana tanggapan masyarakat adat Manggarai
tentang status anak laki-laki ?
|
Anak perempuan
|
Bagaimana tanggapan masyarakat adat
Manggarai tentang status anak laki-laki ?
|
||
6
|
Keadailan Gender pada mata pelajaran Agama
Katolik
|
Laki-laki dan perempuan sepadan di hadapan
Tuhan
|
Apakah masyarakat adat Manggarai menyamakan
perlakuan terhadap anak laki-laki dan perempuan?
|
Laki-laki dan perempuan memiliki hak yang
sama diahadapan Tuhan
|
Apakah masyarakat adat Manggarai menyamakan
hak antara anak laki-laki dan perempuan
sama?
|
f.
Teknik
analisis data
Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini
adalah mengikuti alur berpikir penelitian grounded theory. Oleh karena itu,
grand theory yang digunakan pada penelitian ini adalah menurut Smith (2014) dengan langkah-langkah sebagai berikut
1.
Pengmpulan
data. The researcher begins collecting
and coding the data and analysing them for dominant and recurring themes (These
themes are fluid and often consist of notes and/or memos the researcher
attaches to the datum)
2.
Perbandingan
data. The heart of grounded theory is constant comparison (i.e., continuously
looking at data and categories in order to refine the areas to be studied and
the ways data are grouped)
3.
Membuat
kategori. Categories formed as memo themes are delineated or consolidated.
4.
Membuat
data lebih spesifik lagi. The researcher may modify the interview procedure
based on the data
already collected and conduct further data collection to address additional questions generated during analysis (Strauss & Corbin, 1990) (In this way, the researcher can narrow the field of research by collecting more data if themes or categories seem incomplete (Strauss & Corbin, 1994).)
already collected and conduct further data collection to address additional questions generated during analysis (Strauss & Corbin, 1990) (In this way, the researcher can narrow the field of research by collecting more data if themes or categories seem incomplete (Strauss & Corbin, 1994).)
5.
Mengakatorikan
dengan membuat kode-kode. Data are then coded into several broad categories
that are later refined as the researcher begins to make links between old and
new data and between categories
6.
There are
three types of coding essential to grounded theory
a.
Open
coding. It involves forming an impression of the main idea of each datum
(During open coding, codes should emerge from the data and not from the
literature) literature review is conducted, however, as it becomes
relevant to the emerging theory.
relevant to the emerging theory.
b.
Data are
grouped and defined with preliminary labels (Category boundaries are defined
during axial coding)
a.
Axial
coding focuses on establishing relationships between groups of data and
defining characteristics for each category
b.
data
categories are modified until each datum fits into a category.
7.
Menarik
kesimpulan berdasarkan kode-kode (grounded theory) Once categories emerge, it
is important for grounded theorists to ensure that any further data collected
fit the evolving theory. This is done through theoretical sampling, further
data collection
aimed at exploring phenomena in the data, filling in gaps, or creating connections between categories (Strauss & Corbin, 1994). When the theory is complete and new data do not cause categories to be redefined, the theory has reached a state of saturation.
aimed at exploring phenomena in the data, filling in gaps, or creating connections between categories (Strauss & Corbin, 1994). When the theory is complete and new data do not cause categories to be redefined, the theory has reached a state of saturation.
- References
[iii]
https://www.nps.gov/articles/sojourner-truth.htm
Comments
Post a Comment